Sabtu, 28 Mei 2011

Kebijakan Moneter

       
            Perekonomian global masih menunjukkan perlambatan yang lebih dalam sebagaimana tercermin dari perkiraan merosotnya perekonomian negara-negara maju yang lebih besar dari perkiraan semula. Kondisi pasar keuangan global juga masih rapuh dengan banyaknya laporan kerugian lembaga keuangan dunia. Hal tersebut memberikan dampak negatif bagi perkembangan ekonomi di kawasan, terutama bagi negara-negara yang mengandalkan ekspor ke negara maju, termasuk Indonesia. Sementara itu, keketatan likuiditas global masih terus berlangsung dan diikuti oleh meningkatnya persepsi risiko emerging market.
Menurunnya kinerja ekspor tersebut memberi tekanan pada neraca pembayaran Indonesia, meski saat ini masih berada pada batas-batas yang aman. Cadangan devisa saat ini masih berada pada posisi 50,56 miliar dolar AS atau masih mampu memenuhi kebutuhan 5,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri Pemerintah. Jumlah cadangan devisa tersebut masih akan bertambah dengan masuknya dana hasil penjualan global bond Pemerintah sebesar 3 milyar dolar AS.
Tekanan pada perekonomian domestik akan mengakibatkan menurunnya pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2009. Bank Indonesia memperkirakan ekonomi Indonesia pada tahun 2009 akan tumbuh sekitar 4%. Pertumbuhan ini memiliki risiko bias ke bawah apabila ekonomi global semakin memburuk. Sumber pelemahan pertumbuhan ekonomi di tahun 2009 terutama pada kinerja ekspor yang erat kaitannya dengan perkembangan kondisi global. Sementara itu, penopang utama pertumbuhan ekonomi akan tertuju pada permintaan domestik, yang dipacu oleh kebijakan moneter yang longgar dan berbagai kebijakan Pemerintah yang mendukung daya beli masyarakat serta berbagai stimulus fiskal yang akan menggerakkan berbagai sektor penting dalam perekonomian.
Sejalan dengan melemahnya perekonomian global dan masih rendahnya harga-harga komoditas di pasar internasional, tekanan inflasi Indonesia ke depan cenderung menurun. Dari sisi domestik rendahnya tekanan inflasi didukung oleh kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok dan minimnya tekanan harga dari kelompok barang-barang yang diatur Pemerintah (administered price). Inflasi pada bulan Februari 2009 tercatat cukup rendah, yaitu sebesar 0,21% (mtm), jauh di bawah rata-rata historisnya. Dengan perkembangan tersebut, prakiraan inflasi tahun 2009 akan mendekati batas bawah kisaran proyeksi 5%-7%.
Di sisi lain, perkembangan nilai tukar rupiah selama Februari 2009 secara rata-rata tertekan terhadap dolar Amerika. Hal tersebut terutama
disebabkan oleh sentimen negatif akibat perkembangan faktor eksternal yang kurang kondusif, seperti pertumbuhan ekonomi global yang turun tajam, serta pengumuman kerugian yang meningkat yang dialami lembaga keuangan internasional. Sementara dari sisi domestik, perkembangan ekonomi relatif masih stabil dan kondisi fundamental masih mendukung. Menyikapi perkembangan tersebut, Bank Indonesia akan tetap melakukan berbagai upaya stabilisasi untuk menjaga agar gejolak nilai tukar tidak berlebihan.
Di tengah kondisi perekonomian global yang kian memburuk, serta seiring dengan melemahnya tekanan inflasi, Bank Indonesia tetap mengarahkan perhatian pada upaya menjaga pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan moneter Bank Indonesia ditempuh dalam rangka mendukung bangkitnya sektor riil guna mendukung pertumbuhan ekonomi. Berbagai kebijakan tersebut dilakukan dengan tetap menjaga kestabilan harga dan kestabilan makroekonomi serta sistem keuangan dalam jangka menengah.
Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 4 Maret 2009 memutuskan untuk menurunkan kembali BI Rate sebesar 50 basis poin dari 8,25% menjadi 7,75%. Penurunan tersebut merupakan penurunan ke empat sejak Desember 2008. Bank Indonesia akan terus mengoptimalkan penggunaan seluruh instrumen kebijakan moneter yang ada untuk menjaga kestabilan harga dan nilai tukar yang akan mendukung perkembangan ekonomi. Pelonggaran kebijakan moneter telah direspons positif oleh perkembangan di pasar uang antar bank yang secara rata-rata bergerak di sekitar BI Rate. Penurunan BI Rate juga mulai diikuti oleh penurunan suku bunga deposito pada Januari 2009 sejalan dengan membaiknya persepsi risiko. Kebijakan moneter tersebut diharapkan dapat mendorong perbankan menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang produktif, dengan tetap mengedepankan kehati-hatian (prudent). Dengan demikian perekonomian Indonesia akan mampu bertahan di tengah gelombang krisis global.
Kondisi perbankan nasional sampai saat ini cukup stabil, seperti tercermin dari perkembangan berbagai indikator keuangan dan kesehatan bank. Kondisi likuiditas perbankan, termasuk aliran likuiditas dalam pasar uang antarbank, mulai mengalami perbaikan dibandingkan dengan beberapa bulan yang lalu. Namun demikian, Bank Indonesia tetap mencermati kecenderungan meningkatnya risiko kredit yang berpotensi meningkatkan NPL dalam industri perbankan.
Ke depan, Bank Indonesia akan melanjutkan kebijakan yang mendukung perkembangan ekonomi dengan tetap mengedepankan stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan. Apabila tekanan inflasi terus cenderung menurun, ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter masih terbuka. Upaya pelonggaran moneter akan didukung oleh langkah-langkah lain berupa penguatan sektor keuangan, termasuk peningkatan sistem pengawasan perbankan dan efektivitas serta efisiensi sistem pembayaran. Dengan berbagai upaya tersebut diharapkan tercipta optimisme kegiatan dunia usaha yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi.
Bank Indonesia saat ini terpaksa menerapkan kebijakan moneter yang ketat berkaitan dengan trend peningkatan laju inflasi yang dipicu oleh kenaikan harga minyak dunia, harga komoditas, dan kenaikan harga makanan. Kenaikan laju inflasi merupakan fenomena global sehingga ada atau tidak ada kenaikan harga bahan bakar minyak di dalam negeri, laju inflasi akan naik terus. Hal itu dikatakan Deputi Gubernur BI Budi Mulya, kepada wartawan di Gedung BI Jakarta, Senin (19/5).
Pada kesempatan itu BI juga mengumumkan laporan keuangan per 31 Desember 2007 dan 2006 yang telah diaudit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pendapat BPK atas laporan keuangan BI itu adalah wajar tanpa pengecualian. Pengetatan moneter artinya BI menyerap dana yang beredar di masyarakat. Instrumennya antara lain dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate, dimana pada awal Mei lalu telah dinaikkan dari 8 persen menjadi 8,25 persen. Langkah ini diapresiasi pelaku pasar sehingga bisa meningkatkan kepercayaan mereka pada kebijakan moneter bank sentral.
Menurut Budi Mulya, sasaran inflasi tahun ini dan dua tahun ke depan akan diperbarui lagi oleh BI bersama pemerintah. Dalam kesepakatan sebelumnya, sasaran inflasi tahu 2008 ditetapkan pada kisaran 5 plus minus satu persen. Namun, laju inflasi nampaknya akan terus naik seiring dengan kenaika harga minyak dunia.
Tugas utama BI, jelas Budi, adalah mengendalikan laju inflasi dan menjaga kestabilan kurs mata uang rupiah. Hal itu merupakan pelaksanaan dari akuntabilitas BI sebagaimana diatur dalam Undang-undang No 3 Tahun 2004 tentang BI. Budi Mulya menjelaskan, untukmemberikan kepercayaan pada para pelaku pasar dan investor, BI akan melakukan stabilisasi rupiah secara terukur dan efektif. Oleh karena itu dalam laporan keuangan BI yang terakhir, sebagian besar anggaran (80 persen) lebih banyak digunakan untuk biaya pengendalian moneter.
Jumlah penerimaan BI dalam laporan keuangan tahun 2007 sebesar Rp 29,03 triliun atau turun dibandingkan tahun 2006 yang sebesar Rp 31,03 triliun. Dari jumlah penerimaan yang diperoleh BI tahun lalu itu, sebesar Rp 25,03 triliun digunakan untuk biaya pengendalian moneter. Sedangkan sisanya dipakai untuk ongkos penyelenggaraan sistem pembayaran, pengaturan dan pengawasan perbankan dan biaya umum dan lainnya.

 

Kamis, 21 April 2011

PASAR


Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan ada ketergantungan sesamanya. Demikian pula dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sandang, pangan, papan, harus mencari dan berkomunikasi dengan orang lain karena mereka tidak dapat membuat dan menghasilkan sendiri barang dan jasa yang diperlukan dalam hidupnya. Sebagai manusia memiliki keterbatasan dalam berbagai hal seperti permodalan, keterampilan, kesempatan dan sebagainya. Sebagai contoh seorang petani dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari tidak cukup dengan hasil panennya semata. Untuk menghasilkan barang yang lain, mereka memiliki keterbatasan. Untuk itu ia menjual sebagian hasil panennya agar memperoleh uang guna membeli keperluan lain. Seorang nelayanpun harus menjual sebagian ikannya untuk membeli gula, kopi, minyak goreng, obat-obatan, pakaian, kendaraan dan keperluan lainnya.
Dengan demikian mereka memerlukan pasar yaitu tempat untuk menjual hasil panen dan kerjanya serta membeli kebutuhan lainnya. Secara lebih formal, pasar adalah suatu institusi atau badan yang menjalankan aktivitasnya jual-beli barang dan jasa. Dengan kata lain bahwa setiap hubungan yang terjadi antara pembeli dan penjual suatu komoditi dalam jangka waktu tertentu telah dapat disebut pasar walaupun komunikasi tersebut dilakukan melalui alat komunikasi telepon, HP ataupun internet.
Sejarah terbentuknya pasar melalui evolusi yang panjang, yakni bermula dari upaya memenuhi kebutuhan sendiri. Hal ini dapat dilakukan karena saat itu kebutuhan manusia sangat terbatas pada masalah pangan saja, sehingga dapat dipenuhi sendiri. Seandainya terdapat pertukaran barang sebatas lingkungannya saja. Pada tahap berikutnya dimana kebutuhan mulai berkembang, mereka mengadakan pertukaran barang yang lebih luas lingkungannya dengan mencari/menemui pihak-pihak yang saling membutuhkan. Pada tahap selanjutnya dimana kebutuhan sudah semakin berkembang, maka mereka yang saling membutuhkan barang tersebut saling bertemu pada suatu tempat yang rindang dan teduh. Tempat yang disepakati untuk bertemu tersebut dikenal dengan nama pasar.
Pada saat sekarang peranan pasar masa kini sangatlah penting. Untuk menekan harga pokok, perusahaan industri menghasilkan barang secara massal karena dalam proses produksinya menggunakan mesin- mesin sehingga dapat menghasilkan barang dalam jumlah banyak yang mungkin lebih banyak dari yang dibutuhkan dengan waktu yang relatif singkat. Adanya pasar bagi barang-barang hasil produksinya sangatlah berkaitan dengan kelangsungan hidup perusahaan. Pada pasar tersebut produsen dan konsumen bertemu dan berkomunikasi. Melalui mekanisme pasar produsen mengajukan penawaran (supply) atas produknya dan melalui mekanisme pasar pula konsumen mengajukan permintaan (demand). Adanya tindakan penawaran dan permintaan akan dapat menimbulkan harga dan kesesuaian harga akan menimbulkan jual beli. Transaksi jual beli akan menimbulkan keuntungan yang akan dapat menutupi biaya produksi serta menambah modal perusahaan.
Melalui keuntungan yang diperoleh di pasar, perusahan dapat menjaga kontinyuitas usahanya. Sebaliknya didalam pasar pula perusahaan mengalami kegagalan. Kemampuan hidup perusahaan bukan ditentukan oleh besarnya modal semata, melainkan ditentukan oleh tersedianya pasar untuk produk yang dihasilkan. Perkembangan pasar akan selalu sejalan dengan perkembangan masyarakatnya. Di Ibu kota misalnya pasar tradisional secara perlahan dan pasti sudah mulai tergusur dan diganti dengan pasar-pasar modern. Pada gambar di bawah ini terlihat contoh situasi pada pasar tradisional serta pasar Modern.
Dengan gambaran tersebut pengertian pasar adalah keseluruhan permintaan dan penawaran akan sesuatu barang dan jasa. Pengertian ini dapat diperluas lagi menjadi pasar konkrit dan pasar abstrak. Pasar konkrit adalah suatu tempat yang tertentu dimana penjual dan pembeli bertemu untuk saling menawar. Pasar abstrak ialah setiap kegiatan pertemuan dimanapun baik langsung maupun tidak langsung yang turut menentukan terjadinya harga. Penggunaan istilah pasar saat ini menjadi lebih luas tanpa mengurangi maknanya yakni tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Pada gambar berikut perhatikan penggunaan kata Hero pasar swalayan, Tip Top pasar swalayan, Hypermart, Indomart, dan lainnya. Mart artinya adalah pasar.
Pasar Apa yang akan dijumpai di pasar? Kegiatan apa saja yang dilakukan pedagang di sana? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan muncul di benak kita setiap kali akan mengunjungi suatu pasar. Di pasar, kita akan menjumpai banyak penjual yang menawarkan berbagai macam barang, baik hasil pertanian, maupun hasil industri. Selain itu, kita akan banyak menjumpai orang dengan tujuan berbelanja yang berbeda pula. Dari hanya untuk memenuhi kebutuhannya (mengkonsumsi), untuk dijual kembali (distribusi) sampai untuk diolah kembali kemudian dijual (produksi). Selanjutnya, di antar pembeli dan penjual tersebu sering kali terjadi tawar menawar yang diakhiri dengan transaksi jual beli.
Secara sederhana, definisi pasar selalu dibatasi oleh anggapan yang menyatakan antara oembeli dan pejual harus bertemu secara langsung untuk mengadakan interaksi jual beli. Namun, pengertian tersebut tidaklah sepenuhnya benar karena seiring kemajuan teknologi, internet, atau malah hanya dengan surat. Pembeli dan penjual tidak bertemu secara langsung, mereka dapat saja berada di tempat yang berbeda atau berjauhan. Artinya, dalam proses pembentukan pasar, hanya dibutuhkan adanya penjual, pembeli, dan barang yang diperjualbelikan serta adanya kesepakatan antara penjual dan pembeli. Pasar tradisional, Pasar modern, bursa kerja, bursa efek adalah contoh pasar.
Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan makanan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermarket, supermarket, dan minimarket.

Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal. Yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.
1.    Pasar Menurut Jenisnya
a.    Pasar Konsumsi
Pasar Konsumsi menjual barang-barang untuk keperluan konsumsi. Misalnya menjual beras, sandal, lukisan, dll. Contohnya adalah Pasar Mergan di Malang, Pasar Kramat Jati, dll.
b.    Pasar Faktor Produksi
Pasar Faktor Produksi menjual barang-barang untuk keperluan produksi. Misalnya menjual mesin-mesin untuk memproduksi, lahan untuk pabrik, dll.
2.    Pasar Menurut Jenis Barang yang Dijual
Pasar menurut jenis barang yang dijual dapat dibagi menjadi pasar ikan, pasar buah, dll.
3.    Pasar Menurut Lokasi
Pasar menurut lokasi misalnya Pasar Kebayoran yang berlokasi di Kebayoran Lama, dll.
4.    Pasar Menurut Hari
Pasar menurut hari dinamakan sesuai hari pasar itu dibuka. Misalnya Pasar Rebo dibuka khusus hari Rabu, Pasar Minggu dibuka khusus hari Minggu, Pasar Senen dibuka khusus hari Senin, dll.
5.    Pasar Menurut Luas Jangkauan
a.    Pasar Daerah
Pasar Daerah membeli dan menjual produk dalam satu daerah produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar daerah melayani permintaan dan penawaran dalam satu daerah.
b.    Pasar Lokal
Pasar Lokal kayak gaber membeli dan menjual produk dalam satu kota tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar lokal melayani permintaan dan penawaran dalam satu kota.


c.    Pasar Nasional
Pasar Nasional membeli dan menjual produknya yaitu jembut dalam satu negara tempat produk itu dihasilkan. Bisa juga dikatakan pasar nasional melayani permintaan dan penjualan dari dalam negeri. dan cewe perawan
d.    Pasar Internasional
Pasar Internasional membeli dan menjual produk dari beberapa negara. Bisa juga dikatakan luas jangkauannya di seluruh dunia.
6.    Pasar Menurut Wujud
a.    Pasar Konkret
Pasar Konkret adalah pasar yang lokasinya dapat dilihat dengan kasat mata. Misalnya ada los-los, toko-toko, dll. Di pasar konkret, produk yang dijual dan dibeli juga dapat dilihat dengan kasat mata. Konsumen dan produsen juga dapat dengan mudah dibedakan.
b.    Pasar Abstrak
Pasar Abstrak adalah pasar yang lokasinya tidak dapat dilihat dengan kasat mata.konsumen dan produsen tidak bertemu secara langsung.Biasanya dapat melalui internet, pemesanan telepon, dll. Barang yang diperjual belikan tidak dapat dilihat dengan kasat mata, tapi pada umumnya melalui brosur, rekomendasi, dll. Kita juga tidak dapat melihat konsumen dan produsen bersamaan, atau bisa dikatakan sulit membedakan produsen dan konsumen sekaligus.
Berdasarkan unsurrnya pasar dibagi dalam beberapa golongan yaitu sebagai berikut :
1.    Berdasarkan Wujudnya
Menurut wujudnya pasar dibedakan menjadi pasar konkret dan pasar abstrak
a.    Pasar Konkret (pasar nyata) merupakan pasar yang menunjukkan suatu tempat terjadinya hubungan secar langsung (tatap muka) antara pembeli dan penjual. Barang yang diperjualbelikan pun berada di tempat tersebut. Misalnya pasar-pasar tradisional dan swalayan.

b.    Pasar Abstrak (tidak nyata) merupakan pasar yang menunjukkan hubungan antara penjual dan pembeli, baik secara langsung maupun tidak langsung, barangnya tidak secara langsung dapat diperoleh pembeli. Misalnya, pasar modal di Bursa Efek Indonesia.
2.    Berdasarkan Waktu Terjadinya
Menurut waktu terjadinya pasar dibedakan menjadi pasar harian, pasar mingguan, pasar bulanan, pasar tahunan, dan pasar temporer.
a.    Pasar Harian merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap hari. Misalnya pasar pagi, toserba, dan warung-warung
b.    Pasar mingguan merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap satu minggu sekali. Misalnya pasar senin atau pasar minggu yang ada di daerah pedesaan
c.    Pasar bulanan merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap satu bulan sekali. Dalam aktivitasnya bisa satu hari atau lebih. Misalnya, pasar yang biasa terjadi di depan kantor-kantor tempat pensiunan atau purnawirawan yang mengambil uang tunjangan pensiunannya tiap awal bulan.
d.    Pasar tahunan merupakan pasar yang melakukan aktivitas setiap satu tahun sekali. Kejadian pasar ini biasanya lebih dari satu hari, bahkan bisa mencapai lebih dari satu bulan. Misalnya Pekan Raya Jakarta, pasar malam, dan pameran pembangunan.
e.    Pasar temporer merupakan pasar yang dapat terjadi sewaktu-waktu dalam waktu yang tidak tentu (tidak rutin) pasar ini biasanya terjadi pada peristiwa tertentu. Misalnya pasar murah, bazar, dan pasar karena ada perayaan kemerdekaan RI.
3.    Berdasarkan Luas Jangkauannya
Menurut luas jangkauannya pasar dibedakan menjadi pasar lokal, pasar nasional, dan pasar internasional.
a.    Pasar lokal merupakan pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah tertentu saja.
b.    Pasar nasional merupakan pasar yang mempertemukan penjual dan pembeli dari berbagai daerah atau wilayah dalam suatu negara. Misalnya, pasar kayu putih di Ambon dan pasar tembakau di Deli.
c.    Pasar internasional penjual dan pembeli dari berbagai negara. Misalnya pasar tembakau di Bremen Jerman.
4.    Berdasarkan Hubungannya Dengan Proses Produksi
Menurut hubungannya dengan proses produksi pasar dibedakan menjadi pasar output dan pasar input.
a.    Pasar output (pasar produk) merupakan pasar yang memperjualbelikan barang-barang hasil produksi (biasanya dalam bentuk jadi).
b.    Pasar input (pasar faktor produksi) merupakan interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa sebagai masukan pada suatu proses produksi (sumber daya alam, berupa bahan tambang, hasil pertanian, tanah, tenaga kerja, dan barang modal).
5.    Berdasarkan Strukturnya (Jumlah Penjual Dan Pembeli)
Berdasarkan strukturnya, pasar dibedakan menjadi sebagai berikut.
a.    Pasar persaingan sempurna merupakan ebuah jenis pasar dengan jumlah penjual dan pembeli yang sangat banyak dan produk yang dijual bersifat homogen. Harga terbentuk melalui mekanisme pasar dan hasil interaksi antara penawaran dan permintaan sehingga penjual dan pembeli di pasar ini tidak dapat mempengaruhi harga dan hanya berperan sebagai penerima harga (price-taker). Barang dan jasa yang dijual di pasar ini bersifat homogen dan tidak dapat dibedakan. Semua produk terlihat identik. Pembeli tidak dapat membedakan apakah suatu barang berasal dari produsen A, produsen B, atau produsen C? Oleh karena itu, promosi dengan iklan tidak akan memberikan pengaruh terhadap penjualan produk.
b.    Pasar persaingan tidak sempurna, yang terdiri atas
1)    Pasar monopoli (dari bahasa Yunani: monos, satu + polein, menjual) adalah suatu bentuk pasar di mana hanya terdapat satu penjual yang menguasai pasar. Penentu harga pada pasar ini adalah seorang penjual atau sering disebut sebagai “monopolis”. Sebagai penentu harga (price-maker), seorang monopolis dapat menaikan atau mengurangi harga dengan cara menentukan jumlah barang yang akan diproduksi; semakin sedikit barang yang diproduksi, semakin mahal harga barang tersebut, begitu pula sebaliknya. Walaupun demikian, penjual juga memiliki suatu keterbatasan dalam penetapan harga. Apabila penetapan harga terlalu mahal, maka orang akan menunda pembelian atau berusaha mencari atau membuat barang subtitusi (pengganti) produk tersebut atau —lebih buruk lagi— mencarinya di pasar gelap (black market).
2)    Pasar oligopoli adalah adalah pasar di mana penawaran satu jenis barang dikuasai oleh beberapa perusahaan. Umumnya jumlah perusahaan lebih dari dua tetapi kurang dari sepuluh. Dalam pasar oligopoli, setiap perusahaan memposisikan dirinya sebagai bagian yang terikat dengan permainan pasar, di mana keuntungan yang mereka dapatkan tergantung dari tindak-tanduk pesaing mereka. Sehingga semua usaha promosi, iklan, pengenalan produk baru, perubahan harga, dan sebagainya dilakukan dengan tujuan untuk menjauhkan konsumen dari pesaing mereka.
Praktek oligopoli umumnya dilakukan sebagai salah satu upaya untuk menahan perusahaan-perusahaan potensial untuk masuk kedalam pasar, dan juga perusahaan-perusahaan melakukan oligopoli sebagai salah satu usaha untuk menikmati laba normal di bawah tingkat maksimum dengan menetapkan harga jual terbatas, sehingga menyebabkan kompetisi harga diantara pelaku usaha yang melakukan praktek oligopoli menjadi tidak ada.
Struktur pasar oligopoli umumnya terbentuk pada industri-industri yang memiliki capital intensive yang tinggi, seperti, industri semen, industri mobil, dan industri kertas.
3)    Pasar persaingan monopolistik adalah salah satu bentuk pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang serupa tetapi memiliki perbedaan dalam beberapa aspek. Penjual pada pasar monopolistik tidak terbatas, namun setiap produk yang dihasilkan pasti memiliki karakter tersendiri yang membedakannya dengan produk lainnya. Contohnya adalah : shampoo, pasta gigi, dll. Meskipun fungsi semua shampoo sama yakni untuk membersihkan rambut, tetapi setiap produk yang dihasilkan produsen yang berbeda memiliki ciri khusus, misalnya perbedaan aroma, perbedaan warna, kemasan, dan lain-lain.
Pada pasar monopolistik, produsen memiliki kemampuan untuk mempengaruhi harga walaupun pengaruhnya tidak sebesar produsen dari pasar monopoli atau oligopoli. Kemampuan ini berasal dari sifat barang yang dihasilkan. Karena perbedaan dan ciri khas dari suatu barang, konsumen tidak akan mudah berpindah ke merek lain, dan tetap memilih merek tersebut walau produsen menaikkan harga. Misalnya, pasar sepeda motor di Indonesia. Produk sepeda motor memang cenderung bersifat homogen, tetapi masing-masing memiliki ciri khusus sendiri. Sebut saja sepeda motor Honda, di mana ciri khususnya adalah irit bahan bakar. Sedangkan Yamaha memiliki keunggulan pada mesin yang stabil dan jarang rusak. Akibatnya tiap-tiap merek mempunyai pelanggan setia masing-masing.
Pada pasar persaingan monopolistik, harga bukanlah faktor yang bisa mendongkrak penjualan. Bagaimana kemampuan perusahaan menciptakan citra yang baik di dalam benak masyarakat, sehingga membuat mereka mau membeli produk tersebut meskipun dengan harga mahal akan sangat berpengaruh terhadap penjualan perusahaan. Oleh karenanya, perusahaan yang berada dalam pasar monopolistik harus aktif mempromosikan produk sekaligus menjaga citra perusahaannya.
4)    Pasar monopsoni bentuk pasar ini merupakan bentuk pasar yang dilihat dari segi permintaan atau pembelinya. Dalam hal ini pembeli memiliki kekuatan dalam menentukan harga. Dalam pengertian ini, pasar monopsoni adalah suatu bentuk interaksi antara permintaan dan penawaran di mana permintaannya atau pembeli hanya satu perusahaan.
Contoh yang ada di Indonesia seperti PT. Kereta Api Indonesia yang merupakan satu-satunya pembeli alat-alat kereta api.
5)    Pasar ologopsoni adalah bentuk pasar dimana barang yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan dan banyak perusahaan yang bertindak sebagai konsumen. Contoh Telkom, indosat, Mobile-8, excelcomindo adalah beberapa perusahaan pembeli infrastruktur telekomunikasi seluler.
Berikut ini adalah arti definisi atau pengertian dari aneka jenis dan macam pasar yang ada :
1.    Pasar Barang
Pasar barang adalah pasar yang menjual produk dalam bentuk barang. Pasar barang dapat dibagi lagi menjadi dua macam, yakni :
a.    Pasar Barang Nyata / Riil
Pasar barang nyata adalah pasar yang menjual produk dalam bentuk barang yang bentuk dan fisiknya jelas. Contohnya adalah pasar kebayoran lama, pasar senen, pasar malam, pasar kaget, dan lain-lain.
b.    Pasar Barang Abstrak
Pasar barang abstrak adalah pasar yang menjual produk yang tidak terlihat atau tidak riil secara fisik. Contoh jenis pasar ini adalah pasar komoditas / komoditi yang menjual barang semu seperti pasar karet, pasar tembakau, pasar timah, pasar kopi dan lain sebagainya.
2.    Pasar Jasa / Tenaga
Pasar jasa adalah pasar yang menjual produknya dalam bentuk penawaran jasa atas suatu kemampuan. Jasa tidak dapat dipegang dan dilihat secara fisik karena waktu pada saat dihasilkan bersamaan dengan waktu mengkonsumsinya. Contoh pasar jasa seperti pasar tenaga kerja, Rumah Sakit yang menjual jasa kesehatan, Pangkalan Ojek yang menawarkatn jasa transportasi sepeda motor, dan lain sebagainya.


3.    Pasar Uang dan Pasar Modal
a.    Pasar Uang
Pasar Uang adalah pasar yang memperjual belikan mata uang negara-negara yang berlaku di dunia. Pasar ini disebut juga sebagai pasar valuta asing / valas / Foreign Exchange / Forex. Resiko yang ada pada pasar ini relatif besar dibandingkan dengan jenis investasi lainnya, namun demikian keuntungan yang mungkin diperoleh juga relatif besar. Contoh adalah transaksi forex di BEJ, BES, agen forex, di internet, dan lain-lain.
b.    Pasar Modal
Pasar Modal adalah pasar yang memperdagangkan surat-surat berharga sebagai bukti kepemilikan suatu perusahaan bisnis atau kepemilikan modal untuk diinvestasikan sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Contohnya seperti saham, reksadana, obligasi perusahaan swasta dan pemerintah, dan lain sebagainya.

Rabu, 06 April 2011

Jakarta Akan Lumpuh Di Tahun 2015

Pendahuluan
Sebuah survei pada salah satu televisi swasta nasional memunculkan sebuah temuan yang fenomenal yaitu Jakarta akan mengalami mengalami kelumpuhan pada tahun 2015! Kemudian Kompas memprediksikan kelumpuhan tersebut dengan beberapa data empiris yang menyebutkan dengan pertumbuhan kendaraan roda 4 sebesar 236 unit per-hari, sepeda motor sebesar 891 unit per-hari, sedangkan pembangunan jalan hanya 0,01% per-tahun maka diprediksikan kurun waktu tiga tahun lagi maka kemacetan akan dapat dijumpai di segala penjuru ibukota (Kompas, 26 Juli 2010). Pertumbuhan kendaraan yang sedemikian pesat dan tidak diimbangi dengan pertumbuhan jalan, sedikit banyak akan menambah lagi permasalahan ibukota disamping masalah sosial dan banjir yang sampai saat ini belum bisa ditangani dengan baik, bahkan oleh ”ahlinya” sekalipun.
Berbagai cara sudah dicoba untuk menangani masalah kemacetan ini, mulai dari yang didahului oleh kajian ilmiah seperti Three in One, kanalisasi lajur sepeda motor, proyek busway dan konsep MRT, sampai pemikiran instan seperti wacana pembatasan BBM bagi sepeda motor, pelarangan BBM bersubsidi bagi mobil rakitan 2005 keatas, Electronic Road Pricing (ERP), sampai pembatasan sepeda motor di jalur protokol. Kesemua konsep tersebut nampak manis diatas hitam dan putih, namun pada pelaksanaannya menemui banyak kendala.
Memang menguraikan kemacetan di Jakarta tidak semudah membalikkan telapak tangan. Berbagai penelitian baik itu yang dilakukan oleh pihak pemerintah, akademisi, maupun praktisi luar negeri hanya bisa mengutarakan sebab-sebab kemacetan itu sendiri, namun solusi yang diharapkan hampir semua memberikan jawaban yang seragam.
Sebab-sebab kemacetan itu sendiri disampaikan secara garis besar lebih kepada:
1. Volume kendaraan berbanding kapasitas jalan yang tersedia.
2. Kelengkapan hukum lalu lintas dan aturan yang mengikatnya.
3. Kedisiplinan masyarakat dan perilaku aparatur pelaksana penegakan hukumnya.
4. Pertumbuhan ekonomi, arus urbanisasi dan faktor globalisasi yang mempengaruhi peningkatan arus lalu lintas.
Dari situ dapat disimpulkan bahwa kemacetan lalu lintas bukanlah semudah yang kita kira, cukup kompleks untuk bisa mengurai benang kusutnya. Karena disitu terdapat kebijakan politis, kebijakan ekonomi, serta perilaku pengguna jalan itu sendiri (Kunarto, 1999: 107). Ditambah lagi dengan kerugian yang diderita para pengguna jalan yang bisa mencapai 5,5 triliun per-tahunnya. Suatu angka yang fantastis! Kadang kita berpikir, katanya orang Jakarta banyak yang miskin, ternyata pertahunnya bisa juga kok menghabiskan 5,5 triliun rupiah hanya untuk di jalan saja!
Faktor Kemacetan di Ibukota
Pertambahan kendaraan tiap tahunnya sebesar 11%. Angka ini bias dibilang cukup memprihatinkan. Maka dari itu bisa diprediksikan pada tahun 2014-2015 Jalan ibu kota akan dipenuhi lautan kendaraan karena pasti akan macet total. Diprediksikan oleh para pakar biasanya misalnya menuju Jakarta 1 jam 30 menit malah di tahun yang akan dating akan membutuhkan waktu 4-5 jam.Lantas bagaimana nasib para pekerja yang masuk di jam 7 pagi.?? apakah harus berngkat pada pukul 3 pagi.??ini pun bisa menurunkan produktifitas para pekerja di ibu kota.
Beberapa cara telah dilakukan Pemprov DKI. Yaitu pada tahun 2004 telah di operasikan bis TransJakarta atau biasa kita sebut ” BUSWAY ”. Menurut saya pribadi pengoperasian Busway ini kurang efektif karena bisa dibilang memakan badan jalan juga, yang otomatis memperkecil ruas jalan untuk kendaraan bermotor lain. Dan kurang nya perhatian pada stasiun Busway tersebut. Banyak stasiun busway yang belum sempat terpakai malah sudah rusak.  Rencana yang bagus juga ada untuk transportasi masyarakat yaitu dibuatnya monorail, waterway dan rencana ingin dibuatnya subway. Untuk perencanaan subway saya rasa tidak mungkin, karena melihat kondisi ibu kota yang sering dilanda banjir tahunan. Kalau untuk monorail ini sebenarnya bagus tapi belum terealisasi sampai sekarang juga. Malah yang kita lihat sekarang hanya bangkai dari tiang-tiang rel untuk monorail yg di biarkan begitu saja. Dan untuk water way juga bagus. Karena menggunakan sarana sungai kali ciliwung sehingga terhindar dari kemacetan. Akan tetapi pengoperasian angkutan ini sayangnya hanya berlangsung sekitar beberapa bulan saja Karena akibat banyaknya sampah yang mengotori sungai tersebut sehingga menghambat laju dari kendaraan tersebut. Dari tindakan tersebut merupakan hal yang sia-sia sekali. Kalau kita tela’ah berapa dana yang terbuang sia-sia untuk pembangunan tersebut?. Cukup besar..!!!. Dana tersebut juga di dapati dari uang rakyat. Tapi terbuang dengan begitu saja.
Satu solusi lagi yaitu melebarkan ruas-ruas jalan yang ada. Kalau kita pikir apakah tindakan ini bersifat menghentikan kemacetan secara permanen.? Saya rasa tidak.!!. Melihat dari pertumbuhan kendaraan dan pertumbuhan jalan sangat seimbang. Dari data saat ini persentase penambahan ruas jalan di ibukota baru mencapai 0,01 persen dari panjang 7.650 km dan luas jalan 40,1 km atau 0,26 persen dari luas wilayah DKI. Dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang mencapai 11 persen setiap tahunnya. Dengan data tersebut bukanlah tidak mungkin kalau angka kemacetan Jakarta akan berkembang dengan pesat. Yang hasilnya hanya membuang dana yang ada.
Sekarang kita harus memikirkan solusi yang efektif jangan secara efisien saja. Satu-satunya cara ya memang hanya pembatasan penjualan kendaraan bermotor. Karena kalau dilihat kendaraan pribadi lah yang paling banyak menyebabkan kemacetan. Memang keputusan yang sulit untuk para pemerintah, kerena penjualan kendaraan bermotor dapat meningkatkan pendapatan yang sangat besar tiap tahunnya bagi negara. Akan tetapi coba berpikir ke belakang dan jauh kedepan. Dana yang digunakan untuk mengatasi kemacetan juga sangat besar. Dan apakah solusi yang dijalankan bisa menghentikan kemacetan secara permanen dan tidak membutuhkan dana yang besar. Maka dari itu lebih pilih pembatasan jalan yang berakibat menurunnya pendapatan Negara akan tetapi masyarakat Indonesia bisa nyaman atau mendanai ribuan solusi yang tak jelas ujungnya.?
Sudah begitu?? Asap karbon dari kendaraan bermotor dapat merusak lapisan Ozon. Yang akhirnya timbullah efek rumah kaca. Sekarang sudah kita rasakan seberapa panasnya terik matahari beberapa tahun belakangan ini. Itu dikarenakan banyaknya kendaraan yang ada di dunia ini yang memproduksi gas carbon yang dapat menghancurkan segalanya.
Kalau ingat istilah “Dikit-dikit lama-lama menjadi bukit”. Kata ini bagi saya cocok untuk dana yang mengalir terus untuk pembangunan dan perawatan sarana transportasi, jalan dan biaya kecelakaan di jalan raya. Dan minimnya minyak bumi untuk dipakai sebagai bahan bakarnya yang sudah semakin langka.
Diatas telah disebutkan, temuan para peneliti mengenai kemacetan di Ibukota Jakarta disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya:
1. Ketidakseimbangan pengguna kendaraan pribadi dan angkutan publik karena belum optimalnya angkutan publik di Jakarta baik dari segi keamanan, kenyamanan, maupun ketepatan waktu membuat orang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi ketimbang angkutan publik. Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis juga mengharuskan orang-orang yang bekerja di pusat pemerintahan dan bisnis untuk selalu tepat waktu dan berpenampilan rapi yang tidak mungkin dilakukan kalau ia memakai kendaraan umum. Disamping itu usia pakai angkutan publik yang rata-rata sudah tua membuat kenyamanan tidak lagi didapatkan, banyak kendaraan yang tidak ber-AC, kapasitas yang dipaksakan meski sudah sesak, atau pengoperasian yang ugal-ugalan sehingga membuat penumpangnya sport jantung alih-alih nyaman berkendaraan. Kemudian untuk menunjukkan status sosialnya, orang menunjukkannya dengan menggunakan kendaraan pribadi. Akhirnya banyak OKB-OKB yang berbondong-bondong menyerbu showroom mobil untuk menunjukkan jatidirinya sebagai orang kaya dan berpengaruh, apalagi dibarengi dengan peningkatan jabatan dan pangkat. Maka tidak heran selain di pusat bisnis, di perkantoran baik swasta maupun negeri pun tak ubahnya sebagai showroom mobil yang tidak seimbang dengan kapasitas parkir yang tersedia.
Dulu, konsep tata ruang kota Jakarta sudah lumayan bagus. Sarana publik hampir sama dengan keadaan di Eropa (karena Jakarta banyak mendapat inspirasi dari Amsterdam, mengikuti keterikatan emosional pemerintahan kolonial Belanda), banyak jalur Trem di sekitar jalan protokol, kali Ciliwung maupun kali Angke banyak digunakan untuk angkutan sungai (pemerintah kolonial membangun waterfront sekitar Harmoni).
2. Pertumbuhan jalan yang tidak merata, bisa diakibatkan oleh penggunaan lahan di Jakarta ini yang kebanyakan digunakan untuk pembangunan pusat perbelanjaan (mall, supermarket, hypermarket, ITC), perkantoran baru, atau hotel-hotel. Seolah-olah Pemprov DKI enggan untuk menolak perijinan pembangunan tersebut, ketimbang memakai lahan tersebut untuk pelebaran jalan, lahan terbuka hijau, atau pedestrian (jalur pejalan kaki). Memang kalau dilihat pemakaian lahan milik pemerintah daerah tidak akan menghasilkan keuntungan apabila dipakai untuk jalan atau pedestrian, namun keuntungan yang dapat diraih adalah kualitas udara Jakarta bisa ditekan emisinya, pengguna jalan lebih baik jalan kaki ketimbang naik mobil/sepeda motor pribadi (seperti di Singapura, Malaysia, Melbourne, dll), dan penumpukan kendaraan tidak bertumpu pada satu titik saja. Perda DKI juga terlihat lemah dalam menegakkan peraturan bagi pedagang kaki lima yang menghalangi pedestrian, bahkan terkesan penegakan aturan itu setengah hati dilaksanakan oleh oknum aparat Satpol PP yang dibebani tugas untuk menegakkan Perda. Apakah karena sudah membayar retribusi ataukah tidak mampu menolak keinginan kaum grassroots, sehingga seolah-olah tidak kuasa untuk menindak? Penegakan aturan ini tidak dibarengi dengan ketersediaan lahan untuk pedagang kaki lima melakukan aktifitas ekonominya, termasuk penataan ruang untuk berjualan pun terlihat semrawut sehingga wajar apabila kemudian para pedagang tersebut sampai meluber ke bahu jalan.
3. Faktor pembangunan kota Jakarta juga menjadi sorotan dalam terjadinya kemacetan tersebut, dimana banyaknya pembangunan yang tidak berorientasi pada kenyamanan kota dan transportasi menimbulkan munculnya faktor baru bagi Jakarta yaitu pertumbuhan urbanisasi. Mall baru, hotel baru, perguruan tinggi baru mendatangkan niat para pendatang untuk mengadu keuntungan di Jakarta (Keraf, 2010). Kondisi ini semakin memperparah kemacetan Jakarta, disisi lain, daerah-daerah yang mereka tinggalkan semakin sepi saja.
4. Faktor masyarakat turut berperan dalam kemacetan yang terjadi di Jakarta ini. Suatu kondisi yang diharapkan apabila masyarakat berperilaku tertib, disiplin, dan patuh hukum. Namun keadaan yang ada membuat para pengguna jalan seolah bersikap seperti kaum barbar di jalanan, bagi orang yang ingin tertib seolah-olah menjadi seperti orang bodoh karena dianggap menghalangi jalan orang lain, dan orang yang ugal-ugalan dianggap sebagai orang yang pintar karena turut mempercepat laju pengguna jalan lain yang ingin cepat-cepat sampai ke tempat kerja atau sekolahnya. Kondisi ini tampak terlihat pada jam-jam sibuk, dimana orang-orang terlihat tidak mau mengalah dengan yang lain. Berpindah lajur, bersepeda motor tidak pada lajurnya, zig-zag, memakai bahu jalan, kendaraan besar tidak pada lajurnya sudah menjadi makanan sehari-hari masyarakat Jakarta. Sehingga wajar tingkat stress warga Jakarta semakin tinggi (apalagi kalau ditambah dengan adanya pertandingan sepakbola yang mengutamakan fanatisme kedaerahan.....wuih, tambah rawan!). Ketidakpatuhan pengguna jalan pada aturan lalu lintas menambah lagi persoalan kemacetan di ibukota, sehingga rambu-rambu yang terpasang seolah-olah sebagai hiasan tanpa makna yang akan dipatuhi apabila ada ”penunggunya”.
5. Aparat penegak hukum lalu lintas turut berperan dalam kemacetan. Kenapa? Masyarakat masih melihat bahwa petugas di jalanan adalah hukum itu sendiri (Kunarto, 1999: 120). Kalau petugasnya berperilaku aneh-aneh, ya gimana mau menuntut masyarakat pengguna jalannya berperilaku baik? Aneh-aneh yang saya maksudkan disini adalah masih adanya perilaku petugas baik dari kepolisian maupun instansi transportasi lainnya yang tidak konsisten dengan penegakan aturan lalu lintas, ditambah dengan tidak adanya keteladanan yang diberikan untuk dijadikan contoh bagi pengguna jalan. Misalnya: membiarkan pelanggaran yang ada di depan matanya, melakukan pungli pada pelanggaran lalu lintas, menjebak pelanggar lalu lintas, tidak tanggap pada faktor-faktor penyebab kemacetan (tidak mau mendorong mobil yang mogok, tidak segera menutup arus yang padat, tidak tanggap pada kecelakaan di jalan tol, dll), kurang melakukan rekayasa lalu lintas, atau malas memberikan pembelajaran lalu lintas pada masyarakat (memandang rendah pekerjaan dikmas lantas ketimbang menjadi fungsi regident). Oleh sebab itu, perilaku petugas lalu lintas sangatlah diharapkan memenuhi keinginan masyarakat untuk menampilkan sosok yang tegas, profesional, patuh hukum, serta tanggap lalu lintas.
Upaya Penanggulangan Kemacetan di Jakarta
Tidak ada kata terlambat untuk segera membenahi kemacetan di Jakarta, sebelum dinyatakan lumpuh total. Seandainya kita memiliki mesin waktu, saya ingin membalikkan Jakarta pada tahun 1960-an dan 1970-an dimana Jakarta sedang giat-giatnya membangun untuk menunjukkan eksistensinya sebagai ibukota suatu negara yang sedang berkembang. Harus ada pejabat yang sanggup menolak pendirian gedung-gedung untuk pusat perbelanjaan, hotel dan perkantoran sebelum membangun jalur jalan yang mampu menampung transportasi. Seharusnya pemerintah daerah memikirkan pembangunan jalan lebih dahulu ketimbang pembangunan infrastruktur lainnya, tidak apa-apa dikatakan pandir karena membuat jalan yang lebar-lebar disaat arus lalu lintas sepi ketimbang ternyata 20 atau 40 tahun kedepan dinyatakan macet total....namun nasi sudah menjadi bubur, alangkah baiknya memikirkan situasi yang sudah terjadi, bertanya kepada ”ahlinya” pun sudah percuma, pembenahan harus dilakukan secara terstruktur dengan melibatkan unsur pemerintahan pusat, pemerintahan daerah, dan pelaku bisnis.
Perilaku pengguna jalan sudah kronis karena pemakaian kendaraan yang sudah melebihi batas yang tidak diimbangi oleh perkembangan jalan yang ada, perlu komitmen nasional untuk menjadikan Jakarta bebas dari kemacetan, dan langkah-langkah kongkrit yang harus segera dilaksanakan dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Ada beberapa pemikiran (mungkin sebagian ekstrem) untuk mengurai kemacetan di Jakarta, antara lain:
1. Mempengaruhi perilaku masyarakat untuk menggunakan kendaraan publik ketimbang kendaraan pribadi. Kendaraan yang akan masuk ke jalur protokol pada jam sibuk harus dibatasi, caranya bisa dengan memungut biaya masuk (ERP), yang aliran dananya masuk ke kas daerah yang digunakan untuk perbaikan transportasi publik (Kompas, 26 Juli 2010).
2. Melanjutkan kembali program pembangungan MRT baik itu perluasan koridor busway, penyediaan waterway, sampai pembangunan monorail. Karena kalau tidak dilanjutkan sangat mubazir baik dari pendanaan maupun infrastruktur yang sudah terbangun (jangan sampai tonggak-tonggak pembangunan menjadi monumen yang malah merusak keindahan ibukota).
3. Menyediakan transportasi publik yang nyaman, tepat waktu, dan aman. Transportasi publik tersebut harus diawaki oleh personel-personel yang terampil, patuh hukum, serta lingkungan kendaraan yang dirawat dengan baik. Mungkin hal ini akan menimbulkan keresahan bagi pengelola transportasi ”konvensional” namun demi kenyamanan berkendaraan umum tidak ada salahnya untuk dicoba.
4. Perbanyak jalur untuk transportasi alternatif yang bebas polusi, seperti penggalakan Bike to Work sudah bagus namun tidak didukung dengan sarana yang memadai, sepeda harus beradu fisik dengan kendaraan bermotor lain, ini tentunya sangat membahayakan keselamatan lalu lintas.
5. Kendaraan-kendaraan umum yang tidak laik jalan, tidak nyaman, dan tidak aman dihentikan operasionalnya. Digantikan oleh kendaraan-kendaraan baru yang laik dan layak jalan, serta selalu dilakukan inspeksi selama periode tertentu, apabila kendali mutunya tidak memenuhi syarat maka ijin trayek bisa dicabut.
6. Tidak memusatkan perkantoran dan perbelanjaan pada ruas jalan protokol, setidaknya Pemprov DKI bisa memanfaatkan daerah-daerah kantong untuk dijadikan basis bisnis dan perkantoran. Daerah-daerah seperti di Bekasi, Cikarang, Tambun, Kabupaten Tangerang, atau Kapuk mungkin bisa dijadikan perkantoran atau pusat bisnis, jangan lagi membangun di daerah pusat kota yang sudah terlalu sumpek dan padat untuk dijadikan sentra bisnis, hotel atau kantor.
7. Menolak ijin mendirikan bangunan yang faedahnya tidak terlalu dirasakan oleh masyarakat banyak seperti mall, hotel, dan perkantoran (kecuali yang melakukan renovasi). Beberapa lahan yang dibebaskan seperti perkampungan kumuh, proyek banjir kanal, dan bangunan yang tidak sesuai peruntukan agar dijadikan proyek transportasi jalan serta penunjang jalan (pedestrian, lahan terbuka hijau, taman kota). Harus ada komitmen dan konsistensi dari aparatur Pemprov DKI untuk menghentikan pembangunan mall atau hotel, karena Jakarta sekarang ini sudah sesak oleh mall-mall dan pusat perbelanjaan yang manfaatnya hanya dirasakan oleh segelintir orang saja sehingga dengan lahan yang luas namun tidak bisa menampung daya beli yang ada, sudah sebaiknya untuk menolak IMB untuk bangunan-bangunan tersebut.
8. Dalam pembangunan jalan baru, setidaknya harus memperhatikan prediksi 20 tahun kedepan di sekitar pembangunan jalan itu. Jangan hanya memikirkan jangka pendek namun setelah daerah tersebut berkembang, jalan yang dibangun ternyata tidak memadai untuk menampung volume kendaraan yang ada.
9. Penerapan hukum lalu lintas yang ketat ditambah dengan personel yang cukup untuk mengawasi aturan lalu lintas. Hal ini bukan saja menjadi tanggungjawab Polantas saja, namun juga Dishub atau Satpol PP bersama-sama untuk menegakkan aturan lalu lintas. Dengan petugas yang tersedia di setiap persimpangan jalan, diharapkan problem kemacetan akan teratasi.